Jumat, 30 Oktober 2015

Kompetisi Bangunan Gedung Indonesia (KBGI)

  

Latar belakang


Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak daerah dengan tingkat kerawanan kegempaan yang tinggi. Hal ini dapat diketahui dari berbagai kejadian gempa dalam beberapa dekade terakhir yang melanda beberapa daerah di Indonesia.

Pengaruh gempa pada umumnya sangat merugikan bagi manusia, selain menyebabkan kerugian materi dan kerusakan infrastruktur, gempa bumi dapat pula mengakibatkan jatuhnya korban jiwa manusia yang kadang tidak sedikit jumlahnya.

Kondisi yang demikian ini menuntut sistem struktur bangunan sipil yang dibangun di Indonesia harus mengikuti kaidah bangunan tahan gempa agar ketika gempa terjadi, struktur diharapkan tetap dapat bertahan berdiri dan tidak mengalami keruntuhan.

Di dalam peraturan perencanaan bangunan telah digariskanbahwa ketika gempa (design) terjadi, bangunan boleh saja mengalami kerusakan, hanya saja harus dihindarkan terjadinya keruntuhan (collapse).
Dalam konteks bangunan rumah tinggal, pekerjaan desain harus mempertimbangkan beban gempa sesuai lokasi dimana bangunan tersebut dikonstruksi, selain mempertimbangkan kondisi tanah (geoteknik) di tempat tersebut.

 Di dalam perencanaan bangunan tahan gempa, hendaknya kita memanfaatkan kaidah kaidah penting dari ilmu pengetahuan untuk meminimalisir kerusakan yang mungkin dapat terjadi akibat beban gempa. Selain bangunan memiliki bentuk sederhana dan simetris, bangunan tahan gempa itu sendiri hendaknya memiliki bobot (dead load) yang relatif ringan, sehingga tidak menciptakan gaya inersia yang besar akibat percepatan gempa.
Selain hal tersebut suatu bangunan akan tahan gempa bilamana detailing dari sambungan antar elemen strukturnya dirancang dengan baik agar dapat diperoleh suatu kesatuan yang baik dari sistem
strukturnya. Detailing yang baik akan menghasilkan kinerja struktur yang baik, sehingga ketika bangunan mengalami deformasi akibat beban gempa, maka diharapkan bangunan tidak mengalami deformasi berlebih yang dapat mengakibatkan keruntuhan.


Perkembangan pembangunan rumah di Indonesia pada saat ini sudah mulai menuju pada penggunaan material baja canai dingin (cold-formed steel) sebagai komponen struktural. Hal ini bermula dari keunggulan baja canai dingin dalam hal berat komponennya yang relatif lebih ringan dari pada kayu yang biasa dipakai sebagai konstruksi rangka kuda-kuda pada
bangunan. 

Tujuan

Tujuan Umum Kompetisi Bangunan Gedung Indonesia adalah untuk mendorong dan menumbuh-kembangkan motivasi (minat) mahasiswa dalam bidang rancang-bangun bangunan rumah tinggal atau gedung dengan memperhatikan unsur kreativitas di dalam rancangannya, selain kehandalan di dalam memikul beban lateral serta untuk memperkenalkan penggunaan material baja canai dingin sebagai komponen struktural khususnya untuk bangunan rumah tinggal atau gedung.


Panduan KBGI 2015

Kompetisi Jembatan Indonesia (KJI)



Kompetisi jembatan ini merupakan satu kegiatan gabungan yang merupakan rangkaian dalam pembangunan jembatan. Kompetisi ini terdiri dari tahap perancangan dan konstruksi di arena lomba untuk membangun model jembatan berskala. Dalam pembangunan jembatan, seorang perancang harus menguasai beberapa kegiatan mulai dari survey lapangan, proses analisis dan pembangunan fisik di lapangan. Oleh karena itu, pembuatan jembatan membutuhkan data lengkap baik kondisi lingkungan maupun bahan konstruksi serta standar/ peraturan yang digunakan.

Tujuan mmum Kompetisi Jembatan Indonesia adalah untuk mendorong dan menumbuh-kembangkan kreativitas mahasiswa dalam bidang perancangan dan konstruksi jembatan.

Sedangkan tujuan khusus adalah:
  1. Menumbuhkan daya tarik bagi mahasiswa untuk lebih mendalami perancangan dan pelaksanaan jembatan.
  2. Memperdalam pemahaman proses perancangan/rekayasa jembatan sebagai bentuk aplikasi dari ilmu dasar dan teknologi jembatan, dalam rangka menghasilkan suatu rancangan jembatan yang kuat, kaku, ekonomis dan indah
  3. Meningkatkan kepekaan mahasiswa dalam bidang pengembangan bidang teknologi jembatan.
  4. Membudayakan iklim kompetisi di lingkungan perguruan tinggi.
  5. Mempelajari rekayasa jembatan melalui tindakan realistik, pengalaman menganalisis masalah secara langsung (hands on experience).
  6. Membuat model jembatan, yang akan dinilai kekuatannya, estetika dan metoda perakitannya.



Panduan KJI 2015

Kamis, 29 Oktober 2015

Pagelaran Mahasiswa Nasional bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (GemasTIK)





Latar Belakang

Latar belakang yang mendasari perlunya diselenggarakan suatu wadah kompetisi dalam bidang TIK, khususnya bagi kalangan mahasiswa Indonesia di tingkat nasional, yaitu:
  • Perkembangan TIK yang cepat menyentuh hampir semua aktifitas akademik, penelitian dan pengabdian di lingkungan Perguruan Tinggi 
  • Orientasi dari pengguna menjadi produsen TIK mulai berkembang di lingkup mahasiswa 
  • Penyediaan sarana untuk berkreasi dan berkompetensi melalui produk TIK karya mahasiswa menjadi penting 
  • Masih ditemuinya kesenjangan antara ketersediaan dan kesiapan SDM yang adaptif dengan perubahan dan teknologi 
  • Potensi TIK sebagai enabler diberbagai segi kehidupan dan berdampak luas bagi masyarakat 
  • Sebagai bagian kompetisi berjenjang menuju kompetisi TIK berskala internasional 
  • Merupakan wadah yang bisa merangkul kegiatan serupa yang diselenggarakan oleh berbagai pihak 
Pagelaran Mahasiswa Nasional bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi atau disingkat GemasTIK merupakan program DIKTI, sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas peserta didik sehingga mampu mengambil peran sebagai agen perubahan dalam memajukan TIK dan pemanfaatannya di Indonesia.

Dalam tujuh tahun terakhir telah diadakan GemasTIK secara berkesinambungan yang diharapkan dapat menjadi ajang untuk menyalurkan kreativitas mahasiswa dalam pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi di tingkat nasional. Mahasiswa sebagai pilar penting dalam pembangunan Negara, diharapkan dapat meningkatkan kemampuannya dalam penguasaan TIK, dan dapat mengembangkan potensinya besar sebagai agen perubahan melalui pengembangan IPTEK di masa kini dan masa yang akan datang.


Tujuan

Secara umum GemasTIK bertujuan untuk menjembatani hasil kreasi, inovasi dan pengembangan karya mahasiswa terkait teknologi informasi dan komunikasi, serta sebagai ajang berbagi informasi terkait perkembangan teknologi informasi dan komunikasi antara pihak akademisi, industri dan pemerintah.

Adapun tujuan khusus GemasTIK adalah sebagai berikut:
  1. Meningkatkan hubungan/interaksi di lingkungan dunia akademisi juga dunia akademisi dengan industri dalam pengembangan TIK 
  2. Mendorong peningkatan kegiatan riset TIK di kalangan mahasiswa perguruan tinggi dan menerapkan TIK di lingkungan masyarakat Indonesia 
  3. Meningkatkan kreativitas dan kepekaan mahasiswa dalam pengembangan TIK 
  4. Penyebarluasan informasi dan penguasaan TIK di lingkungan PT ke segenap kalangan masyarakat Indonesia 
  5. Meningkatkan kegiatan riset Teknologi Informasi dan Komunikasi di kalangan mahasiswa perguruan tinggi dan menerapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi di lingkungan masyarakat Indonesia 
  6. Membudayakan iklim kompetitif di lingkungan Perguruan Tinggi 
  7. Mendorong interaksi antara PT dengan memanfaatkan teknologi TIK 
  8. Mengetahui kebutuhan dan kompetensi Sumber Daya Manusia dalam bidang TIK serta trend teknologi ke depan 

Hasil yang Diharapkan

Manfaat yang diharapkan dari penyelenggaraan GEMASTIK ini adalah sebagai berikut:
  1. Dihasilkannya karya inovatif ilmiah mahasiswa bidang TIK yang dapat diterapkan langsung untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat; 
  2. Didapatkannya temuan-temuan baru dalam bidang TIK yang diteliti oleh kalangan mahasiswa sebagai hasil penalaran dan keilmuan, baik yang diperoleh secara terstruktur melalui pendekatan kuliah formal maupun secara otodidak; 
  3. Tersebarkannya informasi dan perkembangan TIK di Indonesia pada khususnya dan di seluruh dunia pada umumnya 
  4. Meningkatnya kesadaran masyarakat Indonesia akan manfaat penggunaan TIK; 
  5. Terbangunnya komunikasi yang baik antar sesama ahli di berbagai bidang TIK sehingga terciptanya rasa saling menghargai dengan bidang-bidang TIK yang lain; 
  6. Meningkatnya peran serta dunia usaha, industri, dan masyarakat luas dalam meningkatan kualitas dan produktivitas karya ilmiah ekstra kurikuler mahasiswa. 

PELAKSANAAN

GemasTIK Tahun 2014

Perolehan Medali GemasTIK ke 7 Tahun 2014

GemasTIK Tahun 2015

Seperti tahun sebelumnya, GemasTIK tahun 2015 ini diselenggarakan di Universitas Gadjah Mada (UGM) yang juga pada tanggal 26-28 Oktober 2015. Pada tahun ini Institut Teknologi Bandung (ITB) berhasil menyabet gelar juara umum dengan meraih tiga emas dan tiga perunggu. Sementara tuan rumah, UGM berada pada posisi kedua dengan perolehan dua emas, dua perak, dan dua perunggu.
Tahun ini mengusung tema 'Kreativitas dan Inovasi Pemuda Menuju Masyarakat Indonesia Berdikari'.

Hasil lengkap GemasTIK 2015 per kategori adalah sebagai berikut.

Pemrograman
  1. RJK dari Institut Teknologi Bandung 
  2. +1<3 dari Universitas Indonesia 
  3. AINGE CP dari Institut Teknologi Bandung 
Pengembangan Perangkat Lunak
  1. Zelory, Universitas Gadjah Mada 
  2. Vistoworks, Universitas Indonesia 
  3. D48Dev, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 
Data Mining
  1. LapanDua, Institut Teknologi Bandung 
  2. SIAP 16, Institut Pertanian Bogor 
  3. Ahlul Bayaanaat wal Khawaarazamiyah, Universitas Gadjah Mada 
Keamanan Jaringan
  1. CSI Oryza, Institut Pertanian Bogor 
  2. Fast Affine Projection, Universitas Indonesia 
  3. Natirum Benzoat, Universitas Tanjungpura 
Animasi
  1. Tiga Kurcaci Alpha, Politeknik Caltex Riau 
  2. Seaput Animation, Politeknik Negeri Batam 
  3. Sireum Beureum, Universitas Pendidikan Indonesia 
Piranti Cerdas dan Embedded System
  1. IC0S, Institut Teknologi Bandung 
  2. Wheelie, BINUS University 
  3. AgroIndo, Universitas Gadjah Mada 
Desain User Experience
  1. Ngalin Bertiga, Universitas Indonesia 
  2. Man Jadda Wa Jadda, Universitas Gadjah Mada 
  3. Yakalee, Institut Teknologi Bandung 
Pengembangan Bisnis TIK
  1. Ace Culture Indonesia, Universitas Gadjah Mada 
  2. Classionery, Universitas Gadjah Mada 
  3. Happy Three Friends, Institut Teknologi Bandung 
Pengembangan Aplikasi Permainan
  1. Excream Game, Politeknik Negeri Jakarta 
  2. Reversi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
  3. Hashtag, Telkom University

Perolehan Medali GemasTIK ke 8 Tahun 2015


Tautan laman GemasTIK

Senin, 26 Oktober 2015

Kompetisi Muatan Roket Indonesia (Komurindo)


Latar Belakang


Roket merupakan salah satu wahana dirgantara yang memiliki makna strategis. Wahana ini mampu digunakan untuk melaksanakan misi perdamaian maupun pertahanan, misalnya sebagai Roket Peluncur Satelit (RPS), roket penelitian cuaca, roket kendali, roket balistik dari darat ke darat, darat ke udara dan udara ke udara. Dengan kata lain, roket juga bisa berfungsi sebagai peralatan untuk menjaga kedaulatan dan meningkatkan martabat bangsa, baik di darat, laut maupun di udara hingga antariksa. Oleh karena itu, negara yang menguasai dan memiliki kemandirian dalam teknologi roket akan disegani negara- negara lain di dunia.

Indonesia sebagai negara besar dan luas sudah sepatutnya dapat meraih kemandirian yang berkelanjutan dalam penguasaan teknologi roket. Oleh sebab itu diperlukan upaya yang terus menerus untuk mewujudkan kemandirian ini. Salah satunya melalui usaha menumbuh-kembangkan rasa cinta teknologi dirgantara melalui penguasaan teknologi peroketan sejak dini dengan mengadakan Kompetisi Muatan Roket Indonesia (KOMURINDO) tingkat perguruan tinggi. Kompetisi ini diadakan setiap tahun sejak tahun 2009 dengan tujuan sebagai sarana untuk mengajak, mendidik dan menarik minat mahasiswa dalam rangka menyiapkan bibit unggul peneliti dan ahli peroketan di Indonesia masa depan.

Diharapkan KOMURINDO ini dapat menumbuh-kembangkan kemampuan mahasiswa dalam hal rancang bangun teknologi peroketan, baik dari sisi roket maupun muatannya mulai dari tahapan desain, membuat, menguji hingga uji terbang. Melalui pemahaman perilaku roket peluncur yang diterapkan pada persyaratan operasional muatan roket, mahasiswa akan mampu memahami teknologi peroketan, yang pada perkembangannya, muatan hasil rancang bangun mahasiswa ini dapat menjadi cikal bakal lahirnya satelit Indonesia hasil karya bangsa Indonesia secara mandiri. Sedangkan roket peluncurnya, dalam skala besar dan teknologi yang lebih canggih dapat dikembangkan menjadi Roket Peluncur Satelit. 

Kompetisi roket ini juga dapat meningkatkan rasa persatuan dan nasionalisme mahasiswa khususnya serta masyarakat pada umumnya di bidang teknologi peroketan. Selain itu, kompetisi roket ini diharapkan juga dapat memperpendek jarak perbedaan penguasaan iptek dirgantara dan memperluas penyebarannya diantara perguruan tinggi di seluruh Indonesia.

Untuk meningkatkan kualitas KOMURINDO yang sejak kompetisi pertama tahun 2009 hingga tahun lalu (2012) hanya memiliki satu kategori, yaitu muatan roket (payload), dan untuk tahun 2013 temanya dikembangkan bukan hanya pada payload namun juga pada roketnya. Jika pada kategori muatan roket temanya adalah High Rate Attitude Data Monitoring and Surveillance Payload maka untuk kategori roket tema yang diangkat adalah Autonomous Low Speed EDF Rocket, yaitu rancang bangun roket yang dapat dikendalikan menggunakan motor roket tipe EDF (Electric Ducted Fan).

Untuk permulaan, roket yang didesain tidak boleh melebihi berat 1,5 kg dengan panjang tubuh dari kepala hingga ekor tidak boleh melebihi 1 m. Kompetisi rancang bangun roket kendali mini melalui ajang KOMURINDO diharapkan dapat menjadi salah satu media pemercepat dalam memasyarakatkan teknologi roket kendali di kalangan mahasiswa dan perguruan tinggi.

Tujuan


Tujuan Kompetisi Muatan Roket Indonesia adalah:
  • Menumbuh-kembangkan rasa persatuan, nasionalisme dan cinta kedirgantaraan pada mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya;
  • Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam rancang bangun dan pengujianroket dan muatannya;
  • Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam teknologi penginderaan jauh dan sistem otomasi robotika pada muatan roket.


Untuk kegiatan setiap tahun diatur di dalam Panduan:


PKM Karya Tulis (PKM-KT)

 

 PKM-Artikel Ilmiah (PKM-AI)

Pendahuluan

Berbeda dengan kelima jenis PKM sebelumnya yang melibatkan pelaksanaan kegiatan fisik di laboratorium ataupun lapangan, PKM-AI tidak mengenal adanya kegiatan semacam itu. Jika dalam kelima jenis PKM sebelumnya, kelompok mahasiswa mengajukan usulan kegiatan ke DITLITABMAS, maka untuk PKM-AI kelompok mahasiswa cukup menyampaikan karya tulis dalam bentuk artikel ilmiah dikirimkan secara on-line. Karya tersebut ditulis mengacu pada kegiatan yang telah selesai dilakukan kelompok mahasiswa yang sama. Kelompok penulis yang artikel ilmiahnya dinilai baik dan layak dipublikasikan, akan memperoleh insentif dana tunai sebesar Rp 3 (tiga) juta.

PKM-AI bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menuangkan pemikiran dan hasil-hasil kegiatan ilmiah yang telah dilakukan ke dalam bentuk sebuah artikel ilmiah sesuai kriteria standar penulisan jurnal ilmiah. Dengan demikian program ini diharapkan mampu mengantarkan mahasiswa kepada keterampilan atau kemahiran menulis. Melalui kemahiran tersebut mahasiswa secara runut mampu menguraikan suatu permasalahan sehingga mendorong perlunya usaha penyelesaian atau pencarian solusi dengan tujuan tertentu, kaitannya dengan usaha-usaha yang mungkin telah dilakukan orang lain. Di samping itu mahasiswa juga mampu memilih teknik dan landasan metode penyelesaian masalah disertai dengan kemampuan menguraikan landasan teori yang terkait dengan permasalahan yang dibahas, serta ketajaman pembahasan dan menganalisis hasil yang diperoleh, yang akhirnya bermuara pada penyimpulan upaya penyelesaian masalah yang telah dilakukan. 

Ada tiga karakter utama PKM-AI, yaitu:
  1. tidak ada usulan pembiayaan;
  2. usulan berupa artikel ilmiah siap terbit yang mengikuti kelaziman kaidah penulisan suatu jurnal ilmiah;
  3. sumber penulisan artikel ilmiah tersebut adalah kegiatan yang telah selesai dilakukan kelompok mahasiswa penulis artikel.
Karakter terakhir ini sekaligus menunjukkan bahwa sumber penulisan merupakan kegiatan, bukan laporan.
Dalam PKM, kreativitas dan kerja sama tim merupakan dua unsur yang diprioritaskan. Oleh karena itu, sejak dimulainya implementasi PKM-I tahun 2006 dan PKM-AI 2009, penulisan mahasiswa tunggal dalam rangka Skripsi atau Tugas Akhir tidak diperkenankan lagi karena tidak adanya unsur kerja sama tim. Batas penyerahan artikel PKM-AI di DITLITABMAS adalah bulan Maret setiap tahun berjalan. Sebagaimana pembidangan dalam 5 (lima) PKM lain, PKM-AI menganut pembagian bidang yang sama.

Jadwal

Jadwal tahunan PKM-AI ditetapkan sejalan dan tidak tumpang tindih dengan jadwal 5 (lima) PKM sebelumnya, sehingga seluruh proses diharapkan dapat berlangsung secara maksimal. Jadwal Kegiatan PKM-AI secara rinci disajikan di Tabel berikut.

NoKegiatanWaktu
1Sosialisasi dan Pemberitahuan ProgramJANUARI
2Penyusunan Karya TulisJAN – MAR
3Batas Penyerahan Karya TulisMARET
4Tahap Seleksi AdministratifAPRIL
5Tahap Penilaian Karya TulisMEI
6Tahap Pengumuman PKM-AIJUNI
7Penerbitan e-JurnalDESEMBER


Persyaratan

Mahasiswa pengusul PKM-AI diharuskan memenuhi persyaratan administratif sebagai berikut.
  1. Peserta PKM-AI adalah kelompok mahasiswa yang aktif dan terdaftar mengikuti program pendidikan S1 atau Diploma. Mahasiswa pengusul dapat berasal dari berbagai program studi yang berbeda atau dari satu program studi yang sama, tergantung pada bidang kegiatan yang telah selesai dilaksanakan, namun masih dalam satu perguruan tinggi yang sama . Untuk perguruan tinggi yang bidang kepakarannya terbatas diperkenankan juga untuk bermitra dengan perguruan tinggi lain berdasarkan atas kepakaran yang diperlukan. Legalitas proposal tersebut ditandatangani oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan/Direktur Politeknik/Ketua Sekolah Tinggi perguruan tinggi dari Ketua Kelompok Pengusul. Keanggotaan mahasiswa disarankan berasal dari minimal 2 (dua) angkatan yang berbeda.
  2. Seorang mahasiswa diperkenankan masuk ke dalam kelompok pengusul PKM-AI yang berbeda (lebih dari satu kelompok PKM-AI). Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa artikel PKM-AI ditulis dari sumber kegiatan yang telah selesai dan kemungkinan seorang mahasiswa turut menyelesaikan beberapa kegiatan dalam kelompok yang berbeda. Meskipun demikian, mengingat alokasi waktu yang terbatas, harapan terjadinya penyebaran dana secara seimbang, dan terlibatnya sebanyak mungkin mahasiswa, maka seorang mahasiswa hanya dibenarkan terlibat sebanyak-banyaknya 2 (dua) artikel PKM-AI, satu sebagai ketua, satu sebagai anggota kelompok, atau kedua-duanya sebagai anggota kelompok.
  3. Seorang dosen pembimbing diperkenankan membimbing lebih dari satu kelompok pengusul PKM-AI, sesuai dengan statusnya saat pembimbingan kegiatan yang telah selesai dilakukan, maksimum 5 (lima) kelompok.

PKM Gagasan Tertulis



Pendahuluan

Program Kreativitas Mahasiswa-Gagasan Tertulis (PKM-GT) merupakan salah satu komponen utama PKM-Karya Tulis. PKM-GT merupakan jelmaan logis dari Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa (KKTM) setelah diintegrasikan ke dalam program PKM. Bergabungnya KKTM ke dalam PKM memberi konsekuensi tidak terselenggaranya jenjang kompetisi antar wilayah sebagaimana terjadi sebelumnya. Demikian pula pada pembidangan KKTM yang diklasifikasikan secara spesifik ke dalam lingkungan hidup, INTIM, IPA, IPS, Pendidikan dan Seni, ditiadakan. Meskipun demikian, reviewer PKM-GT akan dibagi menurut bidang ilmu (IPA/IPS/PENDIDIKAN dan SENI) dengan sistem kejuaraan tetap tanpa mempertimbangkan bidang ilmu. Oleh karena fokus perhatian pada program PKM adalah kreativitas, sehingga pembatasan-pembatasan atas dasar tema ataupun bidang keilmuan menjadi tidak signifikan.

PKM-GT merupakan wahana mahasiswa dalam berlatih menuliskan ide-ide kreatif sebagai respons intelektual atas persoalan-persoalan aktual yang dihadapi masyarakat. Ide tersebut seyogyanya unik, kreatif dan bermanfaat sehingga idealisasi kampus sebagai pusat solusi dapat menjadi kenyataan. Sebagai intelektual muda, mahasiswa umumnya cenderung pandai mengungkapkan fakta-fakta sosial, namun melalui PKM-GT, level nalar mahasiswa tidak hanya dituntut sampai sebatas mengekspos fakta tetapi justru harus mampu memberi atau menawarkan solusi.
Sebagai salah satu PKM yang ditampilkan dalam PIMNAS, maka tata tertib dan segala sesuatu yang terkait pada persyaratan presentasi diatur tersendiri di dalam Pedoman PIMNAS.

Jadwal

Jadwal tahunan PKM-GT mengikuti jadwal PKM-AI seperti disajikan di Tabel berikut.

NoKegiatanWaktu
1Sosialisasi dan Pemberitahuan ProgramJANUARI
2Penyusunan Karya TulisJAN – MAR
3Batas Penyerahan Karya TulisMARET
4Tahap Seleksi AdministratifAPRIL
5Tahap Penilaian Karya TulisMEI
6Tahap Pengumuman PKM-GT yang Diundang Presentasi di PIMNASJUNI
7Presentasi PKM-GT di PIMNASJULI

Persyaratan

Pengusul diharuskan mengikuti sistematika penulisan dan tata tulis sesuai kriteria PKM-GT sebagai berikut.
  1. Peserta PKM-GT adalah kelompok mahasiswa yang sedang aktif dan terdaftar mengikuti program pendidikan S1 atau Diploma. Mahasiswa pengusul dapat ber¬asal dari berbagai program studi yang berbeda atau dari satu program studi yang sama, tergantung pada bidang kegiatan yang telah selesai dilaksanakan, namun masih dalam satu perguruan tinggi yang sama. Keanggotaan mahasiswa disarankan berasal dari minimal 2 (dua) angkatan yang berbeda.
  2. Seorang mahasiswa diperkenankan masuk ke dalam kelompok pengusul PKM-GT yang berbeda (lebih dari satu kelompok PKM-GT). Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa artikel PKM-GT dapat ditulis dari berbagai sumber informasi atau inspirasi. Meskipun demikian, mengingat alokasi waktu yang terbatas, harapan terjadinya penyebaran dana secara seimbang, dan terlibatnya sebanyak mungkin mahasiswa, maka seorang mahasiswa hanya dibenarkan mengirimkan sebanyak-banyaknya 2 (dua) artikel PKM-GT, satu sebagai ketua, satu sebagai anggota, atau kedua-duanya sebagai anggota kelompok.
  3. Seorang dosen diperkenankan membimbing lebih dari satu kelompok pengusul PKM-GT, dengan jumlah maksimal 5 (lima) kelompok.
  4. Artikel PKM-GT dikirim dalam bentuk soft copy secara on-line dengan format PDF dengan ukuran file maksimum 5 MByte.

Program Bantuan Dana Ormawa dan Penalaran


A. PENDAHULUAN

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi kembali menegaskan bahwa mahasiswa berhak mendapatkan layanan pendidikan yang sesuai dengan bakat, minat, potensi dan kemampuannya. Untuk itu, mahasiswa yang merupakan generasi penerus perjuangan bangsa perlu dibekali dengan kemampuan sesuai dengan minat dan bakat serta potensinya agar mampu bersaing dalam era global.

Para mahasiswa diharapkan tidak hanya menguasai bidang ilmu yang ditekuni (hard-skill), tetapi juga mengusai bidang lain yang dapat menunjang keberhasilan mereka di masa depan (soft-skill). Dengan demikian mahasiswa atau lulusan dapat memiliki karakter unggul sesuai yang diharapkan. Untuk mendukung harapan tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan memprogramkan bantuan dana untuk kegiatan kemahasiswaan sebagai penunjang pendanaan yang telah ada di masing-masing perguruan tinggi.


B.  PENGERTIAN

  1. Organisasi kemahasiswaan intraperguruan tinggi adalah lembaga kemahasiswaan yang didirikan dan diselenggarakan oleh satu perguruan tinggi sesuai statuta dan disahkan oleh pimpinan perguruan tinggi yang bersangkutan.
  2. Organisasi kemahasiswaan antarperguruan tinggi adalah himpunan atau gabungan beberapa organisasi kemahasiswaan intraperguruan tinggi yang berkedudukan di salah satu perguruan tinggi anggota dan disetujui oleh pimpinan perguruan tinggi yang bersangkutan dan atau disetujui oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi.
  3. Kegiatan kemahasiswaan yang dapat memperoleh bantuan adalah semua jenis kegiatan kemahasiswaan antarperguruan tinggi (ko/ekstra kurikuler) yang bertaraf regional (wilayah), nasional atau internasional dan kegiatan perseorangan atau tim yang bertaraf internasional yang dilaksanakan di dalam atau di luar negeri.
  4. Bantuan yang dimaksud adalah tambahan atau subsidi dana yang diberikan untuk membiayai kegiatan yang diikuti oleh mahasiswa atau diselenggarakan oleh organisasi kemahasiswaan antarperguruan tinggi yang bertaraf regional, nasional atau internasional. 


D. TUJUAN

Memberikan dukungan kepada para mahasiswa (perseorangan maupun tim) atau organisasi kemahasiswaan antarperguruan tinggi untuk mengembangkan bakat, minat dan potensi, kreativitas, daya kritis, kepemimpinan dan rasa kebangsaan serta tanggungjawab sosial kepada masyarakat.


E.  PERSYARATAN

Persyaratan kegiatan yang dapat memperoleh bantuan dana adalah sebagai berikut:
  1. Kegiatan kemahasiswaan yang dilaksanakan oleh mahasiswa (perseorangan maupun kelompok) atau organisasi kemahasiswaan antarperguruan tinggi (dibuktikan dengan SK Rektor atau Dirjen);
  2. Kegiatan kemahasiswaan dilaksanakan untuk dan oleh mahasiswa program Sarjana (S1) dan atau program Diploma. Kegiatan dengan sasaran/menyertakan siswa diperbolehkan hanya sebagai pelengkap/kegiatan tambahan;
  3. Permohonan bantuan dana diajukan dengan menyampaikan proposal, serta harus mendapat persetujuan dari Pimpinan Perguruan Tinggi Bidang Kemahasiswaan (Wakil Rektor/Ketua/Direktur Bidang Kemahasiswaan). 
  4. Kegiatan kemahasiswaan bertaraf regional yang dapat memperoleh bantuan dana, paling sedikit melibatkan (panitia dan peserta) mahasiswa dari perguruan tinggi yang berasal dari sekurang-kurangnya 5 (lima) perguruan tinggi di Indonesia;
  5. Kegiatan kemahasiswaan bertaraf nasional yang dapat memperoleh bantuan dana, paling sedikit melibatkan (panitia dan peserta) mahasiswa dari sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) perguruan tinggi yang berasal dari sekurang-kurangnya (tiga) provinsi di Indonesia;
  6. Ketentuan tentang jumlah perguruan tinggi dan atau provinsi yang terlibat bersifat relatif disesuaikan dengan kondisi geografis atau pertimbangan lain;
  7. Kegiatan kemahasiswaan bertaraf internasional, dengan ketentuan:
    • Apabila Indonesia sebagai tuan rumah, paling sedikit diikuti oleh mahasiswa peserta yang berasal dari sekurang-kurangnya 3 (tiga) negara asing;
    • Apabila mahasiswa mengikuti kegiatan internasional di luar negeri, jumlah mahasiswa yang akan dikirim ke luar negeri disesuaikan dengan jenis kegiatan;
    • Apabila beberapa perguruan tinggi mengajukan proposal kegiatan untuk kegiatan yang sama, dana bantuan hanya diberikan kepada salah satu perguruan tinggi, tetapi dapat ditambah sesuai skala kegiatan yang diikuti;
    • d) Disertai data dan informasi yang jelas tentang kegiatan yang akan diikuti dan profil/prestasi mahasiswa yang dikirim.
  8. Perguruan tinggi di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
  9. Kegiatan diselenggarakan pada periode bulan Maret s.d. Desember.


F.  BANTUAN DANA

Besaran bantuan dana yang diberikan adalah sebagai berikut:
  1. Sebanyak-banyaknya Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) untuk kegiatan kemahasiswaan bertaraf regional/wilayah.
  2. Sebanyak-banyaknya Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk kegiatan kemahasiswaan bertaraf nasional.
  3. Sebanyak-banyaknya Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) untuk kegiatan kemahasiswaan bertaraf internasional.
  4. Selain ke tiga skema bantuan di atas, bantuan juga diberikan kepada UKM nasional yang telah diselenggarakan secara rutin tahunan atau dua tahunan (Racana Pramuka, KSR, TWKM, Menwa, dan kegiatan lain yang disepakati dalam Rakernas pimpinan bidang kemahasiswaan). 
    Besaran bantuan dana ditentukan berdasarkan hasil penilaian kelayakan usulan dan harus ada dana dari sumber lain di luar bantuan dari Ditjen Dikti. 


G. MEKANISME

  1. Proposal yang telah disetujui dan atau disertai Pengantar Pimpinan Perguruan Tinggi Bidang Kemahasiswaan (PR/WR/Puket/Pudir) dikirimkan ke:
    • Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset, dan Pendidikan Tinggi, U.p. Direktur Kemahasiswaan
  2. Proposal harus sudah diterima paling lambat 45 (empat puluh lima) hari sebelum tanggal pelaksanaan kegiatan. 
  3. Kegiatan kemahasiswaan yang disetujui untuk dibantu akan diberitahukan secara tertulis melalui email, pos dan atau faks, disertai kuitansi atau kontrak yang harus ditandatangani oleh pimpinan, sekaligus memberitahukan kepada perguruan tinggi dan pelaksana untuk melengkapi persyaratan administrasi keuangan.
  4. Setelah kuitansi/kontrak dan persyaratan administrasi keuangan dikirimkan dan diterima kembali oleh Dikti, dana yang disetujui akan diproses (SPP dan SPM), dan dananya akan ditransfer oleh KPPN (Kemenkeu) ke rekening perguruan tinggi pengusul (rekening lembaga).
  5. Mahasiswa melakukan pengambilan atau mengajukan pencairan dana ke perguruan tinggi masing-masing.

H.    PELAPORAN

  1. Laporan sebanyak 2 (dua) eksemplar disampaikan paling lambat dalam waktu 1 (satu) bulan setelah kegiatan dilaksanakan, dialamatkan ke:
    • Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset, dan Pendidikan Tinggi, U.p. Direktur Kemahasiswaan, Kompleks Kemdikbud Gedung D Lantai 7
      Jalan Jenderal Sudirman Pintu I Senayan Jakarta 10270
    • Softcopy dikirimkan melalui e-mail: subditmawa@dikti.go.id
  2. Mahasiswa/Organisasi Kemahasiswaan yang tidak menyampaikan laporan kegiatan tidak akan diberikan bantuan pada kesempatan atau tahun berikutnya


I. LAMPIRAN



Lampiran 1. FORMAT HALAMAN JUDUL PROPOSAL


Sampul depan Proposal memuat:

  1. Judul Kegiatan 
  2. Logo Perguruan Tinggi 
  3. Nama Ketua Tim Pengusul beserta NIM 
  4. Nama Perguruan Tinggi dan Tahun 

Lampiran 2. HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL

Halaman pengesahan berisi:

1. Judul Kegiatan
2. Ketua Tim/Panitia
  • Nama
  • Jenis Kelamin 
  • Jabatan dalam Organisasi
  • Program Studi/Jurusan/Fakultas
  • Perguruan Tinggi
  • Alamat PT
  • Telepon/E-mail 
3. Anggota Tim/Panitia : ( ........ orang)
(lampirkan/sebutkan nama, program studi/jurusan, posisi)

4. Waktu Pelaksanaan : ...............................................................................

5. Biaya 
  • Keseluruhan Rp.
  • Yang diajukan Rp 

Nama dan Tanda tangan Pengusul 
Nama, cap dan tanda tangan pimpinan bidang kemahasiswaan



Lampiran 3. SISTEMATIKA PROPOSAL

Proposal ditulis dengan huruf (font) Times New Roman atau Arial Ukuran 12, menggunakan kertas A4, 1,5 spasi dibuat rangkap dua dengan sampul warna biru. Proposal disusun menurut sistematika berikut.

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
RINGKASAN ISI PROPOSAL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Hasil yang diharapkan

BAB II DESKRIPSI KEGIATAN

Paparan kegiatan kemahasiswaan sejenis yang telah dilaksanakan, rencana yang akan dilaksanakan, sasaran, peserta, tempat dan waktu

BAB III RENCANA PEMBIAYAAN

Uraian rencana pendanaan per komponen dan jenis belanjanya (bahan, transportasi, konsumsi, honorarium untuk narasumber dan lain-lain)

PENUTUP (bila diperlukan)

Lampiran:
SK Ormawa dan pendukung lainnya



PEMBELAJARAN ENTREPRENEURSHIP DI PERGURUAN TINGGI *)


Oleh Widyo Winarso


PROLOG
. . . .
Aku bertanya:
Apa gunanya pendidikan.
bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing
di tengah kenyataan persoalan?
Apa gunanya pendidikan,
bila hanya mendorong seseorang
menjadi layang-layang di ibukota.
kikuk pulang ke daerahnya?
Apakah gunanya seseorang belajar filsafat, sastra,
teknologi,
ilmu kedokteran.
atau apa saja,
bila pada akhirnya,
ketika pulang ke daerahnya, lalu berkata:
“Di sini aku merasa asing dan sepi!”
Seonggok jagung dikamar
tak akan menolong seorang pemuda
yang pandangan hidupnya berasal dari buku,
dan tidak dari kehidupan.
Yang tidak berlatih dalam metode,
dan hanya penuh hafalan kesimpulan.
Yang hanya berlatih sebagai pemakai.
Tetapi kurang latihan berkarya.
Pendidikan telah memisahkan dengan kehidupan.
(Rendra, Sajak Seonggok jagung, potret pembangunan dalam PUISI 1975)


PENDAHULUAN

Hasil penelitian yang dilakukan oleh World Bank (1994) menunjukkan bahwa di sebagian besar negara keberadaan perguruan tinggi berkolerasi positif dengan pengembangan ekonomi dan sosial. Sebagian besar masyarakat juga percaya bahwa pendidikan tinggi mempunyai peran penting untuk mendapat karir pekerjaan dan menentukan keberhasilan dalam karir. Dengan menyadari akan tuntutan kepada dirinya. maka setiap perguruan tinggi harus sadar dan bersedia untuk berusaha dengan sungguh-sungguh meningkatkan mutu kinerjanya. dan apabila tidak mampu melakukan itu, maka sungguh dampak yang ditimbulkannya akan menyebahkan kehidupan bangsa dan masyarakat Indonesia semakin buruk.

Kesadaran akan tanggung jawab moral itu mungkin perlu dijadikan sebagai pangkal tolak bagi perlunya strategi pengembangan pembelajaran bagi upaya untuk meningkatkan entrepreneurship pada diri mahasiswa. Selama ini perguruan tinggi telah mencetak sarjana yang sebagian menjadi pengangguran di berbagai bidang keahlian.
Pengangguran itu secara teoritik, antara lain disebabkan oleh rendahnya jiwa wirausaha dan atau entrepreneurship para lulusan-lulusan pendidikan tinggi menjadi asing di tengah persoalan masyarakat dan bangsanya.

Pengembangan pembelajaran di perguruan tinggi yang berwawasan entrepreneurship memang sangat relevan dengan persoalan kualitas sumberdaya manusia yang kita perlukan pada abad 21, sumberdaya manusia yang kreatif, inovatif dan berdaya saing.

Daya saing sumberdaya manusia Indonesia memang masih rendah dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Oleh karena itu sebenarnya kita patut khawatir tentang kemampuan bersaing SDM kita dalam era global ini. Menurut data yang dipublikasikari oleh United Nations Development Programme (UNDP.2001), kualitas SDN kita berada pada posisi yang memprihatinkan.
Angka indeks kualitas SDM (human Development Index HDI) Indonesia tahun 2001 berada pada peringkat ke-102 dan 162 negara didunia. Kita kalah dengan Vietnam (101) dan kalah jauh dengan Philipines (70), Thailand (66) dan Malaysia (56). Sedangkan menurut laporan dari International Institute of Management Development tahun yang sama, daya saing SDM Indonesia menempati urutan 47 dan 48 negara. Data ini dapat diketahui betapa rendahnya daya saing SDM Indonesia untuk memperoleh posisi kerja yang baik dalam era global.

Jika proses pembelajaran di perguruan tinggi harus mampu menghasilkan lulusan yang berwawasan pencipta kerja, mau tidak mau harus ada perubahan yang sistematik, baik dilihat dan segi tujuan, metode maupun materi pembelajaran itu sendiri, harus ada transformasi nilai-nilai dan norma-norma baru yang menyangkut kurikulum, academic atmosphere, effective governance, institutional mnanagement, dan sebagainya. Dalam keadaan yang demikian para pengelola pendidikan atau dosen tidak bisa lagi hanya mengulang-ulang praktek lama dalam proses pembelajarannya.
Dengan demikian, perubahan adalah identik dengan proses pembelajaran itu sendiri.

Dalam kaitannya dengan dunia usaha, kegiatan perguruan tinggi dalam bidang pengembangan kewirausahaan masih sangat terbatas. Belum fokus di dalam pembelajaran atau riset terkait entrepreneurship, apalagi industri. Padahal untuk meningkatkan penciptaan dan pertumbuhan wirausaha, dibutuhkan suatu keterpaduan yang sinergik antara penguasaan ilmu dan teknologi (termasuk komersialisasi hasil penelitian dan pengembangan), keuangan dan manajemen produksi, yang secara keseluruhan disebut Sosio-tekno-ekonomi.

Kecenderungan lembaga pendidikan tinggi untuk mengabaikan aspek sosio-tekno-ekonomi tersebut. mengakibatkan hasil-hasil kegiatan pendidikan. penelitian dan pengabdian masyarakat lebih bersifat akademis saja, sedikit sekali yang berlanjut dengan memberi kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Untuk menghadapi perdagangan bebas yang dibuka tahun 2003, budaya wirausaha harus terwujud sebagai sublimasi dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengetahuan kewirausahaan dalam diri setiap atau paling tidak sebagian besar lulusan perguruan tinggi. Di sisi lain sistem pembelajaran atau pendidikan yang selama ini dikembangkan belum menjamin terbentuknya kreativitas dan atau kompetensi bisnis/wirausaha dalam diri lulusannya.

Tuntutan yang semakin tinggi terhadap lulusan perguruan tinggi yang tidak hanya menjadi pencari kerja (job seeker) tetapi juga pencipta kerja (job creator), menyebabkan perguruan tinggi harus melakukan reorientasi terhadap pembelajaran yang selama ini dijalankannya. Dengan adanya tuntutan itu maka reorientasi yang diharapkan adalah bagaimana menanamkan jiwa wirausaha kepada mahasiswa sehingga setelah lulus mereka juga mempunyai mental wirausaha. Implikasinya adalah tuntutan adanya lembaga kependidikan/unit entrepreneurship yang fokus menangani semua aspek pembelajaran entrepreneurship mulai dari pengembangan kuriklum, proses pembelajaran sampai dengan menghantarkan lulusan menjadi wirausaha baru.


KARAKTERISTIK ENTREPRENEURSHIP

Definisi Entrepreneurship
Beberapa tahun terakhir ini kata entrepreneurship menjadi perbincangan di kalangan perguruan tinggi. ini tidak terlepas dari adanya fenomena di mana banyak lulusan perguruan tinggi yang menganggur, karena jumlah lulusan tidak sebanding dengan peluang kerja yang tersedia. Kondisi ini mendorong para praktisi pendidikan di perguruan tinggi untuk melakukan reorientasi terhadap ˜warna” lulusannya yang dinilai bernuansa semata-mata pencari kerja (job seeker), bukan pencipta kerja (job creator).

lstilah entrepreneurship diperkenalkan pertama kali oleh Richard Cantillon seorang ekonom Irlandia yang berdiam di Perancis pada abad ke 18, yang mendefinisikan entrepreneurship sebagai “the agent who buys means of production at cerium prices in order to combine them into a new product” Dia menyatakan bahwa entrepreneur adalah seorang pengambil resiko. Tidak lama kemudian J.B Say dan Perancis menyempurnakan definisi Cantillon menjadi “one who brings other people together in order to build a single productive organism”
Artinya entrepreneur menempati fungsi yang lebih luas, yaitu seorang yang mengorganisasikan. Baru satu abad berikutnya ekonom Inggris sepenti Adam Smith dan John Stuart Mill membahas tentang konsep ini dan menyatakan bahwa entrepreneurship merupakan keterampilan yang tidak biasa, tetapi tidak menemukan istilah yang tepat di dalam bahasa Inggris. Smith dan Mill menyebutnya, business management. John Stuart Mill mcmisahkan fungsi entrepreneur antara yang menerima laba dan yang menerima bunga. Diperluas lagi oleh Schumpeter yang menempatkan manusia sebagai faktor sentral proses perkembangan ekonomi. Dalam proses itu entrepreneur melakukan inovasi dalam bentuk cara atau produk. dan eksploitasi sumber-sumber baru.

Bernard Komoroff pengarang Small Time Operator menulis. entrepreneur berasal dari bahasa Perancis entreprendre to undertake. Akar katanya berasal dari intreprise: one who organize, manage, and assumes the risk of business or enterprise.
Stephen Robbins (2000) menyatakan “..Entrepreneur is a process by which individuals pursue opportunities, fulfilling needs and wants through innovation, without regard to the resources they currently control”. Senada dengan Robbins adalah Bob Reiss (1999) yang mendefinisikan dalam bukunya, Low Risk, High Reward:
“.. Entrepreneurship is the recognition and pursuit of opportunity without regard to the resources you currently control, with confidence that you can succed. with the flexibility to change course as necessary, and with the will to rebound from setback..”

Kedua definisi ini menitikberatkan pada pemanfaatan peluang tanpa harus mcngandalkan sumberdaya yang dimiliki. Artinya seorang entrepreneur tidak harus mempunyai uang atau fasilitas dahulu untuk memulai usaha. Entrepreneurship tidak bermula dengan modal uang atau fasilitas, tetapi berakhir dengan kekayaan dan kesuksesan. Seorang entrepreneur mencari dan menemukan jalan mendapatkan sumberdaya untuk mcncapai tujuan. Karena itu seorang entrepreneur harus seorang yang kreatif.

Schermerhorn mendeskripsikan entrepreneurship sebagai perilaku yang dinamik, kreatif, berani menghadapi resiko dan dalam melakukannya selalu berorientasi pada inovasi. Seseorang dikatakan entrepreneur apabila dapat menunjukkan penilaku di atas dan mempunyai keinginan untuk melakukannya. Sedangkan entrepreneurship dipakai untuk mendeskripsikan perilaku entrepreneur seseorang atau satuan kerja dan suatu organisasi.

Dimensi Entrepreneurship
Dari pengertian entrepreneurship di atas dapat diketahui beberapa kata kunci yang berkaitan dengan indikator untuk mengukur bagaimana seseorang memiliki jiwa entrepreneur. Ditinjau dan faktor psikologis dapat diperoleh gambaran tentang perilaku yang berkaitan dengan entrepreneurship. Stoner (1998) menyatakan bahwa pada dasarnya entrepreneurship bergerak dan kebutuhan dasar manusia untuk berprestasi (need of achievement) seperti konsep/teori McCleland. Selanjutnya dikatakan bahwa seorang entrepreneur dapat dikenali karena mereka:
  • memiliki kebutuhan untuk berprestasi yang tinggi;
  • mempunyal letak kendali internal (locus of control), mengendalikan hidupnya sendiri:
  • toleran terhadap resiko,
  • toleran terhadap keragu-raguan; dan
  • mempunyai perilaku tipe A, dorongan untuk melakukan lebih banyak dalam waktu yang sedikit.
David Burnett (1999) mengemukakan bahwa secara umum entrepreneur adalah seorang:
  • pengambil resiko,
  • koordinator dan organisator,
  • penghubung (gap filler),
  • leader,
  • inovator dan kreatif.
Selanjutnya Covin & Slevin (1996) menyatakan bahwa pada dasarnya seorang entrepreneur dapat dikenali dari sikap dan perilakunya yang mencerminkan tiga dimensi, yaitu:
  • keinovatifan (Innovafiveness),
  • pengambilan resiko (risk-taking) dan.
  • keproaktifan (pro-activeness).
Inovatif mengacu pada kreativitas. ke-tidaklaziman, atau penyelesaian dengan cara baru terhadap masalah-masalah atau kebutuhan. Pengambilan resiko berkaitan dengan kemauan untuk sepakat bahwa terkadang memang kita harus merugi atau gagal. Sedang proaktif berkaitan dengan implementasi yaitu bagaimana melakukan sesuatu yang diperlukan untuk dapat berhasil.
Entrepreneurship ini dapat ditimbulkan atau dibentuk pada diri seseorang melalui pendidikan atau pelatihan. Pendidikan dan atau pelatihan entrepreneurship adalah proses pembelajaran konsep dan skills untuk mengenali peluang-peluang yang orang lain tidak sanggup melihatnya, untuk memiliki insight, self-esteem dan pengetahuan untuk bertindak sementara yang lain ragu-ragu. Termasuk di dalamnya belajar mengenali peluang dikaitkan dengan pemanfaatan sumber daya untuk menghadapi resiko dan memprakarsai bisnis baru.

Berdasarkan uraian di atas, maka entrepreneurship merupakan pemikiran dan tindakan tentang bagaimana seseorang dapat memanfaatkan peluang dan mengambil resiko dengan melakukan inovasi tanpa mengandalkan sumberdaya yang ada untuk mcncapai tujuan, walaupun yang dilakukan itu sulit penuh resiko. Selalu siap untuk mencari alternatif dalam mengatasi tantangan. hambatan, dan problematika pekerjaan.


ENTREPRENEURSHIP DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN

Meredith at al (1996), sehubungan dengan entrepreneurship yang dikaitkan dengan pengembangan metoda pembelajaran, menyampaikan pesan sebagai berikut:
  • Anda harus belajar banyak tentang diri sendiri jika anda bermaksud untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang paling anda inginkan dalam hidup ini. Kekuatan anda datang dari tindakan-tindakan anda sendiri dan bukan dari tindakan orang lain.
  • Meskipun resiko kegagalan selalu ada, para entrepreneur mengambil resiko dengan jalan menerima tanggung jawab atas tindakan mereka sendiri.
  • Kegagalan harus diterima sebagai pengalaman belajar. Beberapa entrepreneur berhasil setelah mengalami banyak kegagalan. Belajar dan pengalaman masa lampau akan membantu anda menyalurkan kegiatan anda untuk mencapai hasil yang lebih baik, lebih positif dan keberhasilan merupakan buah dan usaha yang tak mengenal lelah.
  • Anda harus bersedia belajar dan berbagai pengalaman yang berubah dan waktu ke waktu. Anda harus selalu sadar akan cara-cara baru untuk meningkatkan produktivitas anda sendiri. Salah satu kunci utama bagi keberhasilan anda adalah keterlibatan anda dalam pertumbuhan pribadi secara terus menerus.
Tiga Ranah (Domain) Pendidikan/Pembelajaran
Menurut Bloom (1956), Kratwohl & Mesia (1964), Harlow (1970). Seels (1990), tiap mata kuliah pelajaran aau pokok bahasan dapat diidentifikasi adanya tiga ranah yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran yaitu: a) Pengetahuan (cognitive). b) Keterampilan (psychomotor), dan c) Sikap (affective).

Selanjutnya tiap ranah diklasifikasikan lagi dalam beberapa tingkat atau tahap kemampuan yang harus dicapai (level of competence). Untuk ranah “pengetahuan” mulai dari tingkat terendah yaitu mengingat kembali” (remembering) selanjutnya “memahami” (understanding), “penerapan” (applyng). “analisis” (analyzing), “evaluasi” (evaluating), sampai “kreasi” (creating). Ranah “keterampilan” mulai dari tingkat “observing” selanjutnya “modelling”, sampai secara “coaching”. Ranah “sikap” mulai dari “receiving/ merespon pasif”, “responding/ merespon aktif”, “valuing”, “organizing” sampai akhirnya “menjadi karakter atau jiwa di alam dirinya” (characterizing).

blooms-400x181
Tiga Ranah Taksonomi Bloom
Untuk tiga ranah pendidikan serta tingkat atau tahap kemampuan yang harus dicapai. diperlukan cara atau model pembelajaran tertentu yang sesuai, seperti misalnya: kuliah. Tutorial, diskusi kelompok, seminar, praktikum, simulasi (role playing), kerja lapangan, dan lain sebagainya. Khususnya untuk ranah sikap, selain cara pembelajaran tersebut diperlukan uswah/keteladanan (contoh) dan sikap atau perilaku staf pengajar. Menurut pendapat penulis untuk mengajarkan dan menumbuhkembangkan budaya entrepreneurship pada peserta didik, nampaknya dari ketiga ranah tersebut didominasi oleh ranah “afektif atau sikap” dengan tingkat kemampuan yang dicapai minimal internalisasi bahkan “menjadi karakterisasi/menjiwai” atau menjadi bagian dalam dirinya.

Pengetahuan entrepreneurship serta berbagai ranah pendidikan dan tingkat kemampuan yang harus dicapai tersebut di atas. dapat disimpulkan bahwa konsep entrepreneurship lebih merupakan suatu perilaku dan sikap yang akan ditumbuhkembangkan sampal menjadi karakter pada peserta didik, bukan suatu disiplin ilmu atau suatu mata pelajaran dan suatu batang atau cabang ilmu tertentu. Dengan demikian maka perlu dipilih cara dan atau proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga bila dilaksanakan dapat menumbuhkembangkan jiwa entrepreneurship pada anak didik.
Cara pembelajaran tersebut dapat dilakukan untuk setiap mata pelajaran atau ilmu yang diajarkan, sehingga sambil mempelajari suatu ilmu pada anak didik secara tidak langsung akan bertumbuhkembang jiwa entrepreneurship melalui dimensi-dimensinya, yaitu berpola pikir yang inovatif, kreatif, pro-aktif, fleksibel, berorientasi ke pengembangan dan bersikap berani ambil resiko setelah diperhitungkan dengan cermat dan masak.

Strategi/Inovasi Pembelajaran
Di dalam pelaksanaan pembelajaran dikenal satu strategi inovasi pembelajaran yang paling banyak diterapkan di pendidikan kedokteran dikenal dengan akronim SPICES, yang merupakan kependekan dari: Student-centered, Problem-based, Integratedicaching, Community-oriented, Early clinical exposure. and Self-directed learning. Srategi inilah yang menurut hemat penulis paling tepat diterapkan pada kuliah kewirausahaan Lebih jelas adalah sebagai berikut:
  • Student centered (SC). Guru atau dosen tidak lagi di tengah-tengah panggung belajar mengajar, dia keluar dari posisi sentral (tahu segala-galanya dan mahasiswa tidak tahu apa-apa) dan berpindah di tepi sebagal fasilitator. Di lain pihak mahasiswa berpindah posisi: dan peserta didik (pasif) menjadi peserta didik (aktif) dan posisinya di sentral proses belajar mengajar. Mahasiswa tidak lagi berperan sebagai objek, melainkan sebagai subjek. Yang senyatanya menjadi objek adalah ilmu yang ditawarkan di dalam kurikulum. Dengan demikian mahasiswa harus aktif mempelajani dan mencari ilmu, tidak lagi pasif menerima informasi dan dosen. sementara itu dosen yang bersangkutan berperan sebagai fasilitator.
  • Problem based (PB). Pendekatan pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan dengan pendekatan SC. Dalam PB mahasiswa mempelajari ilmu berdasarkan masalah yang ada. Bekal untuk mempelajari masalah yang tersaji adalah prior knowledge yang telah diperoleh di waktu sebelumnya (TK, SD, SLTP, SMU, dan semester sebelumnya). Masalah yang disajikan dapat berasal dan kejadian sehari-hari yang sederhana, atau dari unit yang lebih besar lagi, sesuai dengan tingkat semester yang berlaku ataupun atas kesepakatan dalam menyusun silabus atau GBPP.
  • Integrated teaching (IT). Proses belajar mengajar yang tidak lagi terkotak-kotak menurut disiplin ilmu. Mahasiswa mempelajari suatu subjek secara terintegrasi, baik horisontal maupun verlikal. IT ini terakomodasi dalam PBL, yang memungkinkan mahasiswa untuk menyadari dan memahami keterkaitan serta relevansi dan efektivitas yang tinggi. Dalam setiap permasalahan mahasiswa mampu mempelajani berbagai cabang ilmu sekaligus relevansinya.
  • Community oriented (CO). Community dapat diartikan lebih spesifik sesuai dengan bidang ilmu yang terkait. Bidang teknologi, ekonomi, pendidikan, hukum, sosial, biologi, dsb., memiliki komunitas masing-masing yang bersifat spesifik. Dengan demikian CO dapat diimplementasikan pada seluruh bagian/disiplin ilmu. Pembelajaran yang bersifat CO sangat relevan dengan hakekat atau jiwa entrepreneurship; di sini tersirat adanya peluang dan sasaran yang dapat di kemhangkan dalam proses pembelajaran.
  • Early Clinical Exposure. Sebagaimana CO, istilah klinik dapat disesuaikan dengan konteks yang ada, menurut bidang ilmu masing-masing. Apabila menganut paham kedokteran, maka klinik dapat diartikan sebagai lahan utama sehari-hari. Dengan demikian tiap bidang ilmu memiliki klinik sendiri yang spesifik pula. Dengan demikian dapat ditarik benang merah bahwa dalam early clinical exposure para mahasiswa dikenalkan dengan bidang dan masalah utama secara dini (semester pertama). Pendekatan ini akan memberikan rasa mantap bagi mahasiswa dan mereka diharapkan segera menyatu dengan ilmu yang digelutinya.
  • Self Directed Learning adalah suatu kegiatan belajar secara mandiri: tahu apa yang dibutuhkan, bagaimana di mana dapat memperoleh bahan yang dibutuhkan dan semuanya didorong oleh sikap pro-aktif dan dengan daya antisipasi yang tinggi. Fasilitator berperan penting dalam mcnciptakan suasana pembelajaran seperti ini. Self directed learning yang mantap menumbuhkan sikap raking initiative and personal responsibility serta seeking and using feedback.
spices
SPICES Model Vs Traditional
Antara problem based learning dan problem solving (PS) terdapat perbedaan yang mendasar. Pada pendekatan PS maka mahasiswa telah memiliki prior knowledge yang cukup sehingga mereka mampu mengidentifikasi dan kemudian mendiagnosis masalah. Berdasarkan tingkat kemampuan tadi, mahasiswa diberi latihan untuk merancang suatu perlakuan agar masalah yang dihadapinya dapat diselesaikan. sehingga suatu yang dianggap bermasalah dapat kembali normal seperti sediakala. (Davey & Tatnall, 1994)

Dalam pelaksaanaannya PBL maupun PS sulit dihindari terjadinya tumpang tindih. Keadaan ini sebenarnya sangat menguntungkan mahasiswa karena hakekat pembelajaran tidak membatasi mahasiswa untuk rnemperoleh informasi yang seluas-luasnya. Hanya saja fasilitator harus disiplin dengan pendekatan pembelajaran yang sedang digarap bersama.
Relevansi antara PS dan entrepreneurship sangat jelas. Salah satu ciri entrepreneurship adalah persistent problem-solving. Dengan demikian PS perlu dikenalkan sesuai dengan tingkat kemampuan mahasiswa, agar mereka terlatih untuk mengidentifikasi dan mendiagnosis masalah serta kemudian merancang pemecahannya sesuai dengan konteksnya.

Peran Pengelola Jurusan/Program Studi
Setiap inovasi atau perubahan metoda pembelajaran harus dirancang, dilaksanakan, dan dimonitor serta dievaluasi oleh pengelola secara konsekuen dan konsisten. Prasyarat perubahan meliputi visi yang berani, pendekatan yang sistematik, maksud dan arah perubahan yang jelas, metoda yang spesifik, serta kepemimpinan yang efektif.

Visi yang berani merupakan awal perubahan (apapun bentuknya). Melalui visi dapat diklasifikasikan tujuan yang akan dicapai. Pendekatan yang sistematik bersifat menyeluruh, tersusun dalam kerangka organisasi yang terpadu. Pendekatan dapat bersifat bertahap dan berkesinambungan atau perombakan yang mendasar dan drastis. Apa yang diinginkan organisasi diwujudkan dalam tugas yang jelas dan spesifik. Dalam hal ini perubahan harus menghasilkan suatu organisasi yang dapat menampilkan perbedaan-perbedaan dengan masa lampau. Sementara itu, kepemimpinan yang efektif dicirikan oleh sifat kreatif, mampu menterjemahkan visi ke dalam serangkaian kegiatan, menyosialisasikan dan menjadikan budaya di dalam organisasi.


KESIMPULAN
Lulusan perguruan tinggi pada umumnya masih mengharapkan dapat bekerja pada instansi pemerintah atau swasta. Jumlah lulusan ini semakin lama semakin tidak seimbang apabila dibandingkan dengan lowongan atau kesempatan kerja yang tersedia. Hal ini menimbulkan angka pengangguran yang makin tinggi. Lulusan selalu ingin menjadi pekerja (employee) bukan self employee, apalagi business owner.

Salah satu upaya mengurangi atau menurunkan angka pengangguran, yang bersumber pada jumlah lulusan PT yang makin meningkat dan kesempatan kerja yang terbatas, adalah menyiapkan mahasiswa untuk memiliki jiwa entrepreneurship. menjadi lulusan yang berorientasi job creator, bukan job seeker.

Inovasi pembelajaran atau pendidikan entrepreneurship memerlukan strategi yang sesuai dan/atau dapat mengakomodasi karaterisktik entrepreneurship, dengan materi yang disusun berdasarkan dimensi-dimensi atau karateristik entrepreneurship, dengan capaian tingkat kognitif yang tinggi, dan menjadikan entrepreneurship sebagai karakter atau budaya hidupnya.

Pengelola jurusan harus menyusun desain pembelajaran yang komprehensif untuk dapat menyelenggarakan pembelajaran entrepreneurship agar dapat dipertanggungjawabkan, khususnya kepada mahasiswa (pelanggan internal) dan masyarakat pada umumnya (pelanggan eksternal).
Dengan inovasi yang dilakukan dan apabila ini semua dijalankan, maka sinyalemen seperti sajak Rendra di awal tulisan menjadi tidak mengena dan tidak relevan untuk mengkritik kualitas lulusan pendidikan.


Catatan:
*)Artikel ini pernah dimuat di Jurnal Cetak PPT Kemdikbud Edisi Tahun 2003

Nomenklatur Rumpun Bidang Ilmu dan Gelar Akademik



Nomenklatur Rumpun Bidang Ilmu


Sesuai dengan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentan Pendidikan Tinggi, terdapat 6 rumpun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang merupakan kumpulan sejumlah pohon, cabang, dan ranting yang disusun secara sistematis, yaitu:
  1. Ilmu Agama, yang mengkaji keyakinan tentang ketuhanan atau ketauhidan serta teks-teks suci agama;
  2. Ilmu Humaniora, yang mengkaji dan mendalami nilai kemanusiaan dan pemikiran manusia;
  3. Ilmu Sosial, yang mengkaji dan mendalami hubungan antar manusia dan berbagai fenomena Masyarakat;
  4. Ilmu Alam, yang mengkaji dan mendalami alam semesta selain manusia; 
  5. Ilmu Formal yang mengkaji dan mendalami sistem formal teoritis; dan
  6. Ilmu Terapan, yang mengkaji dan mendalami aplikasi ilmu bagi kehidupan manusia.
Enam rumpun ilmu di atas merupakan kumpulan dari bidang ilmu sejenis yang kemudian menjadi dasar penyusunan dan pengklasifikasian program studi di perguruan tinggi dengan bidang-bidang seperti berikut.

Agama

  1. Ushuluddin
  2. Syariah
  3. Adab
  4. Dakwah
  5. Tarbiyah
  6. Filsafat dan pemikiran
  7. Pendidikan agama
  8. Teologi
  9. Misiologi
Humaniora
  1. Filsafat
  2. Sejarah
  3. Bahasa
  4. Sastra
  5. Seni
Sosial
  1. Sosiologi
  2. Psikologi
  3. Antropologi
  4. Politik
  5. Arkeologi
  6. Budaya
  7. Ekonomi
  8. Geografi
Alam
  1. Angkasa
  2. Kebumian
  3. Biologi
  4. Kimia
  5. Fisika
Formal
  1. Komputer
  2. Logika
  3. Matematika
  4. Statistika
  5. Sistema
Terapan
  1. Pertanian
  2. Arsitektur
  3. Perencanaan
  4. Bisnis
  5. Pendidikan
  6. Teknik
  7. Kehutanan
  8. Lingkungan
  9. Keluarga
  10. Kesehatan
  11. Olahraga
  12. Jurnalistik
  13. Media dan komunikasi
  14. Hukum
  15. Perpustakaan
  16. Permusueman
  17. Militer
  18. Administrasi publik
  19. Pekerja sosial
  20. Transportasi

Gelar Akademik

Jenis Gelar dan Tata Penulisannya
  1. ahli pratama, ditulis di belakang nama lulusan program diploma satu, dengan mencantumkan huruf “A.P.” dan diikuti dengan inisial pohon dalam rumpun ilmu pengetahuan dan teknologi atau inisial nama program studi;
  2. ahli muda, ditulis di belakang nama lulusan program diploma dua, dengan mencantumkan huruf “A.M.” dan diikuti dengan inisial pohon dalam rumpun ilmu pengetahuan dan teknologi atau inisial nama program studi;
  3. ahli madya, ditulis di belakang nama lulusan program diploma tiga, dengan mencantumkan huruf “A.Md.” dan diikuti dengan inisial pohon dalam rumpun ilmu pengetahuan dan teknologi atau inisial nama program studi;
  4. sarjana, ditulis di belakang nama lulusan program sarjana dengan mencantumkan huruf “S.” dan diikuti dengan inisial pohon dalam rumpun ilmu pengetahuan dan teknologi atau inisial nama program studi;
  5. sarjana terapan, ditulis di belakang nama lulusan program diploma empat dengan mencantumkan huruf “S.Tr.” dan diikuti dengan inisial pohon dalam rumpun ilmu pengetahuan dan teknologi atau inisial nama program studi;
  6. magister, ditulis di belakang nama lulusan program magister, dengan mencantumkan huruf “M.” dan diikuti dengan inisial pohon dalam rumpun ilmu pengetahuan dan teknologi atau inisial nama program studi;
  7. magister terapan, ditulis di belakang nama lulusan program magister terapan, dengan mencantumkan huruf “M.Tr.” dan diikuti dengan inisial pohon dalam rumpun ilmu pengetahuan dan teknologi atau inisial nama program studi;
  8. doktor, ditulis di depan nama lulusan program doktor, dengan mencantumkan huruf “Dr.”;
  9. doktor terapan, ditulis di didepan nama lulusan program doktor terapan, dengan mencantumkan huruf “Dr.Tr.”;
  10. Gelar untuk lulusan pendidikan spesialis ditulis di belakang nama yang berhak dengan mencantumkan huruf “Sp.” diikuti dengan inisial pohon dalam rumpun ilmu pengetahuan dan teknologi atau inisial nama program studi; dan
  11. Gelar untuk lulusan pendidikan profesi ditulis di depan atau di belakang nama yang berhak dengan mencantumkan inisial sebutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketentuan Pemberian Gelar
  1. Gelar diberikan kepada mahasiswa yang telah menyelesaikan semua persyaratan yang dibebankan dalam mengikuti suatu program studi dan dinyatakan lulus.
  2. Gelar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang diperoleh dari perguruan tinggi di Indonesia wajib menggunakan Bahasa Indonesia.
  3. Gelar akademik, Gelar vokasi, dan Gelar profesi dinyatakan tidak sah dan dicabut oleh Menteri apabila dikeluarkan oleh: (1) perguruan tinggi dan/atau program studi yang tidak terakreditasi; dan/atau (2) perseorangan, organisasi, atau penyelenggara pendidikan tinggi yang tanpa hak mengeluarkan Gelar akademik, Gelar vokasi, dan Gelar profesi.
  4. Gelar akademik, Gelar vokasi, atau Gelar profesi dinyatakan tidak sah dan dicabut oleh perguruan tinggi apabila karya ilmiah yang digunakan untuk memperoleh Gelar akademik, Gelar vokasi, atau Gelar profesi terbukti merupakan hasil jiplakan atau plagiat.

Entri yang Diunggulkan

Perubahan Mendasar Kebijakan Bidang Kemahasiswaan

Semua kalangan pendidikan tinggi pasti tahu apa itu kampus merdeka dan merdeka belajar; salah satu episode kebijakan Mas Menteri Dikbud. Te...